Stake holder adalah pihak/pelaku yang terlibat atau memiliki kepentingan terhadap kegiatan pariwisata.
· Kebutuhan akan rekreasi dan pengalaman-pengalaman sosial budaya
Kebutuhan akan rekreasi adalah ketika seseorang yang memiliki waktu luang, maka waktu itu digunakan untuk bersenang-senang, bersantai dan berlibur. Dalam waktu luang itu, seseorang cenderung untuk melakukan kegiatan rekreasi, erat kaitannya dengan pariwisata. |
Pariwisata berkembang karena adanya gerakan manusia didalam mencari sesuatu yang belum diketahuinya, menjelajah wilayah yang baru, mencari perubahan suasana, atau untuk mendapat perjalanan baru (Robinson, 1976 ; Murphy, 1985)
Pariwisata adalah aktivitas bersantai atau aktivitas waktu luang. Perjalanan wisata bukan lah suatu “kewajiban”, dan umunya dilakukan pada saat seseorang bebas dari pekerjaan yang wajib dilakukan, yaitu pada saat mereka cuti atau libur. (Pitana, 2005 : 47)
Namun motivasi rekreasi setiap orang berbeda-beda,tergantung dari situasi kondisi sosiologis seseorang yang akan melakukan perjalanan wisata.
Pengalaman sosial budaya : motivasi wisatawan untuk mendapatkan authenthic experience (pengalaman otentik ) (ibid: 59)
1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyaman. Berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai, dan sebagainya.
Contohnya: kebutuhan rekreasi yang berhubungan dengan fisik dan mental. Misalnya pergi ke SPA untuk kesehatan dan menyegarkan diri, jalan-jalan ke taman untuk refresing |
2. Cultural motivation (motivasi budaya) yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat istiadat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya (momentum bersejarah)
Kebutuhan rekreasi dengan mempelajari dan mengetahui tentang budaya, adat istiadat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Contohnya : menyaksikan ketoprak, tari-tarian daerah, wayang. Atau mempelajari tarian dari daerah lain di anjungan TMII Jakarta. |
3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial) seperti mengunjungi teman dan keluarga (VFR. Visiting friends and relatives) memenuhi mitra kerja, melakukan hal yang dianggap mendatangkan gengsi (nilai prestige), melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan, dan seterusnya.
Contohnya : berekreasi dengan mengunjungi tempat ziarah. Mengunjungi sanak saudara atau keluarga. |
4. Fantasy motivasi (motivasi karena fantasi ), yaitu adanya fantasi bahwa didaerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kemampuan kepuasan psikolgis. Disebut juga sebagai status and prestige motivation. (ibid: 59)
Contohnya : · seseorang yang tinggal di pulau Jawa melakukan wisata berlibur ke Pulau Bali, karena dinilai Pulau Bali merupakan tempat wisata yang menarik. |
· Timbul pranata/ lembaga pariwisata dalam masyarakat-masyarakat tertentu
Dalam perkembangannya, pariwisata merupakan sebuah sektor yang sangat mempengaruhi perkembangan semua aspek kehidupan. kebutuhan terhadap pariwisata sudah dinilai sangat penting untuk kehidupan masyarakat. Maka secara tidak langsung, munculah suatu lembaga/pranata pariwisata dalam masyarakat-masyarakat tertentu.
Yang menjadi dasar terbentuknya pranata/lembaga pariwisata adalah
Setiap masyarakat tentu mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila dikelompok-kelompokan , terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan. Untuk memberikan suatu batasan, dapatlah dikatakan bahwa lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok didalam kehidupan masyarakat. (Soekanto, 198)
Lembaga kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi :
1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap didalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat.
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control). Artinya setiap sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya. (ibid,199)
Sekolah tinggi Pariwisata Bandung merupakan sebuah lembaga yang di bangun karena adanya kebutuhan yang tinggi terhadap sektor pariwisata,terutama dalam sumber daya manusia yang professional dan berkualitas. Pariwisata dinilai mampu menggerakkan ekonomi pembangunan. |
· Interaksi-interaksi sosial yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan pariwisata
Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Yaitu hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Gillin, 489)
Dalam kegiatan Pariwisata tentu saja terjadi suatu interaksi-interaksi antara stake holder, baik yang langsung maupun tidak langsung.
Pelaku pariwisata/stake holder tersebut adalah :
1. Pemerintah
Interaksi pemerintah dan stake holder lainnya biasanya terjadi secara tidak langsung. Ini karena pemerintah dalam pelaksanaan pariwisata sebagai pengatur regulasi. Peran dan fungsi pemerintah dalam pariwisata adalah :
Pemerintah sebagai koordinator
Pemerintah sebagai perencana
Pemerintah sebagai regulator
Pemerintah sebagai penyedia
Pemerintah sebagai pemakarsa (Mill &Morrison, 1985: 56)
Pemerintah :
ü Pemerintah daerah
ü Pemerintah pusat
2. Masyarakat
Masyarakat merupakan stakeholder yang sering berhubungan langsung dengan wisatawan. Peran dan fungsi masyarakat sangat penting karena masyarakat merupakan objek pembangunan wisata, mendukung terciptanya suasana aman, tertib, bersih sejuk, indah, ramah-tamah, dan memberikan kenangan pada setiap wisatawan, serta sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam kegiatan pariwisata.
3. Wisatawan
ü Wisatawan mancanegara
ü Wisatawan lokal
ü Wisatawan nusantara
ü Wisatawan regional
4. Pengusaha(business community)
5. Kelompok pemerhati
ü Lsm, organisasi kemasyarakata, lembaga adat kelompok seni dan budaya
1. Hubungan-hubungan pariwisata terjadi karena adanya pergerakan manusia. Pergerakan ini terkait dengan dimensi ruang dan waktu. Gerakan dan kunjungan yang bersifat sementara (transitory) mempunyai sifat yang berbeda dengan perpindahan penduduk secara permanen.
2. Hubungan atara wisatawan dengan masyarakat dicirikan oleh 4 hal (UNESCO, 1976 ; Murphy, 1985 ; Sharpley, 1994)
ü Mereka berhubungan sementara ( transitory relationship), sehingga tidak ada hubungan yang mendalam. Hubungan yang bersifat transitory (sementara) dan non-repetitive (tidak berulang), seiring menyebabkan mereka yang berhubungan tidak memikirkan dampak interaksi mereka terhadap interaksi dimasa yang akan datang, sehingga jarang memunculkan rasa saling percaya (mutual trust). Akibat lebih jauh, masing-masing pihak mempunyai potensi untuk memeras dan saling membohongi. Wisatawan bisa membohongi masyarakat local dan masyarakat lokal juga sering membohongi wisatawan.
ü Ada kendala ruang ada waktu yang menghambat hubungan. Wisatawan umumnya berkunjung secara musiman dan tidak berulang. Apalagi kenyataan bahwa fasilitas pariwisata umumnya hanya terkonsentrasi pada tempat-tempat tertentu, maka wisatawan hanya berhubungan secara intensif dengan sebagian anggota masyarakat yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan terhadap wisatawan, sedangkan masyarakat yang jauh dari fasilitas pariwisata berhubungan secara kurang intensif. Apalagi beberapa usaha pariwisata ada yang secara sengaja berusaha untuk mengurangi interaksi langsung antara wisatawan dengan masyarakat lokal. Untuk mendapatkan keuntungan ekonomi yang tinggi.
ü Dalam mass-tourism, tidak ada hubungan yang bersifat spontan antara wisatawan dengan masyarakat lokal, melainkan sebagian besar diatur dalam paket wisata yang ditangani oleh usaha pariwisata dengan jadwal yang ketat. Kegiatan pariwisata adalah kegiatan ekonomi, yang berarti bahwa masyarakat local bekerja pada pariwisata adalah untuk kepentingan ekonomi atau mendapatkan penghidupan. Dengan demikian interaksi yang terjadi antara wisatawan dengan masyarakat lokal, lebih banyak bersifat interaksi ekonomi. Hubungan antara manusia yang semula didasarkan atas keramah-tamahan tradisional, dalam pariwisata telah berubah menjadi keramah-tamahan yang dikomersilkan.
ü Hubungan atau interaksi umumnya bersifat unequal dan unbalanced (tidak setara), dan pada umumnya masyarakat lokal, merasa lebih inferior. Wisatawan lebih kaya, lebih berpendidikan, dan dalam suasana berlibur, sedangkan masyarakat lokal dalam suasana melakukan pekerjaan, penuh kewajiban, dan mengharapkan uang wisatawan. Posisi yang tidak seimbang ini menyebabkan terjadinya hubungan eksploitatif. Atau inferior-superior.
Di lain pihak, karena masyarakat lokal mempunyai pengetahuan yang lebih baik terhadap situasi lokal (termasuk budaya), maka wisatawan juga bisa menempati posisi inferior dan tereksploitasi.
Sebagaimana halnya hubungan manusia dari budaya yang berbeda. Hubungan antara wisatawan dengan masyarakat lokal sangat dipengaruhi oleh system social budaya kedua belah pihak. Perbedaan sistem budaya ini tidak jarang menimbulkan konflik.
· Berbagai kelompok sosial yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan pariwisata
Pariwisata selalu berkembang dinamis sesuai dengan kebutuhan dan motivasi dari wisatawan, maka timbulah suatu kelompok-kelompok sosial dalam peyelenggaraan pariwisata. Karena :
Sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu :
1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya (yaitu masyarakat)
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Berdasarkan keinginan pokok manusia yang menjadi dasar tersebut, maka timbulah kelompok-kelompok kegiatan pariwisata. Kelompok-kelompok pariwisata erat kaitannya dengan kegaitan sosial, namun tidak semua kumpulan manusia dikatakan kelompok. Berikut ini adalah persyaratan kelompok.
Persyaratan kelompok sosial
1. Setiap kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersanglutan.
2. Ada hubungan timbale balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
3. Ada suatu factor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merubah nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain. Tentunya faktor mempunyai musuh bersama dapat puls menjadi faktor pengikat atau pemersatu.
4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
5. Bersistem dan berproses.
(Soekanto, 115)
Kelompok sosial yang tidak teratur :
1. kerumunan
Kehadiran orang-orang secara fisik, suatu kelompok sosial yang bersifat sementara, sampai batas-batas tertentu juga menunjuk pada adanya suatu ikatan sosial, kesadaran akan adanya orang lain dan menimbulkan peluang-peluang untuk ikut merasakan perasaan orang lain yang berada ditempat yang sama. Tidak hanya tergantung pada adanya interaksi belaka, tetapi juga karena adanya pusat perhatian yang sama.
Bentuk-bentuk kerumunan menurut Kingsley Davis
ü Kerumunan
1. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur social
a. Khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal audiences) merupakan kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, akan tetapi sifatnya pasif.
Contohnya : · kelompok wisatawan yang sedang menonton film theater atau opera. |
b. Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group), adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting akan tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya. Fungsinya sebagai penyalur ketegangan-ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari.
Contohnya : · kelompok wisatawan yang menari atau berdansa didiskotek. · Sebuah acara yang digelar seperti konser musik, dimana audience ikut menari dan berjoget bersama. |
2. Kerumunan yang bersifat sementara (casual crowds)
a. Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations), adalah orang-orang yang antri karcis, orang-orang yang menunggu bis, dan sebagainya. Dalam kerumunan itu kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap tercapainya maksud seseorang.
Contohnya : · kerumunan pengunjung yang berebut untuk memainkan wahana di Studio Trans Bandung · kerumunan pengunjung yang sedang antre untuk membeli tiket masuk atraksi wisata. |
b. Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds) yaitu orang-orang yang bersama-sama berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya. Dorongan dalam suatu individu-individu dalam kerumunan tersebut mempunyai kecendrungan untuk mempertinggi rasa panik.
Contohnya : · wahana biang lala di taman hiburan mendadak rusak, padahal dalam wahana tersebut terdapat pengunjung yang berada dalam wahana. Maka banyak orang berkerumun dalam keadaan panik. |
c. Kerumunan penonton (spectator crowds) yang terjadi karena ingin melihat suatu kejadian tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton akan tetapi bedanya adalah kerumunan penonton yang tidak direncanakan, sedangkan kegiatan-kegiatan juga pada umumnya tak terkendalikan.
Contonya : · Dalam suatu panorama, tiba-tiba terjadi migrasi burung secara besar-besaran. Timbulah suatu kerumunan orang yang menyaksikan atraksi burung-burung tersebut. |
3. Kerumunan yang belawanan dengan norma-norma hukum (lawless crowds)
a. Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs). Kerumunan ini bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. biasanya kumpulan orang-orang tersebut bergerak karena merasakan bahwa hak-hak mereka diinjak-injak atau karena tidak adanya keadilan.
Contohnya : · Terjadi suatu penundaan penerbangan pesawat. Maka timbulah suatu kerumunan orang-orang yang protes terhadap penundaan tersebut, dengan berbagai alasan waktu. |
b. Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds)
Contohnya : · orang-orang yang mabuk dan mengganggu wisatawan lain |
ü Public
Kelompok yang tidak berupa kesatuan. Interaksi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi.
- Mempunyai pengikut yang luas
- Tidak ada pusat perhatian yang tajam
- Setiap aksi publik diprakarsai oleh keinginan individual
- Mempunyai kesadaran akan kedudukan sosial dan kepentingan-kepentingan mereka.
Contohnya : · adanya forum di dunia maya, pendukung pulau komodo sebagai “New Seven Wonders”. · Kumpulan surat pembaca tentang kritik suatu pelayanan dan fasilitas hotel. |
· Pariwisata dalam hubungannya dengan masyarakat kota dan desa
Pariwisata di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kebudayaan, adat istiadat dan tradisi. Manusia juga merupakan bagian terpenting dari objek pariwisata.
Menurut wilayah jangkauannya, manusia dalam masyarakat terdiri atas masyarakat kota dan masyrakat desa.
Yang paling utama dalam masyarakat adalah social relationships antara anggota-anggota individu dalam masyarakat. Masyarakat adalah stakeholder yang paling merasakan dampak dari pariwisata.
Dampak pariwisata juga sangat mempengaruhi sektor lain, misalnya dalam pariwisata terdapat sektor food and beverage
Secara tidak langsung peran penyedia bahan makanan seperti petani atau masyarakat yang merupakan produsen dari bahan pangan tersebut sangat berpengaruh terhadap kebutuhan dari sektor tersebut.
ü Objek-objek wisata di perkotaan dan pedesaan
Berdasarkan wilayahnya, atraksi wisata atau objek daya tarik wisata bisa di temukan di wilayah kota atau desa.
Wisata kota
Wisata kota umumnya adalah berupa taman hiburan atau taman bertema, cenderung menggunakan teknologi tinggi.
Yaitu : taman hiburan, mall, sport center, bioskop, timezone, dll
Wisata desa
Yaitu berupa kehidupan desa yang dijadikan objek wisata, wisatawan umumnya berasal dari perkotaan, yang ingin mengetahui tentang kehidupan di desa, anak sekolah untuk eduksasi, bagaimana tentang cara menanam, memanen buah, menangkap belut, memerah sapi. Dsb.
ü Sifat-sifat masyarakat kota dan desa dalam hubungannya dengan kegiatan pariwisata.
Sifat masyarakat desa :
Pada umunya penduduk pedesaan di Indonesia ini apabila ditinjau dari segi kehidupan sangat terikat dan sangat tergantung dari tanah (earth bound). Karena sama-sama tergantung pada tanah, maka kepentingan pokok juga sama. Sehingga mereka akan bekerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingannya. (Soekanto,154)
Golongan orang-orang tua dalam pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kesukarannya adalah bahwa orang-orang tua itu mempunyai pandangan yang didasarkan pada tradisi yang kuat, sehingga sukar untuk mengadakan perubahan-perubahan yang nyata.
Dalam pembangunan suatu destinasi pariwisata, negosiasi dengan penduduk pedesaan, yang umumnya negosiasi tersebut dihadiri oleh para tetua desa.
Sangat sulit untuk mengubah jalan pikiran sosial kearah jalan pikiran yang ekonomis, hal itu disebabkan ada beberapa desa yang masih kurangnya alat-alat komunikasi.
Norma dan kaidah juga masih sangat melekat pada penduduk pedesaan, maka perlu dilakukan penyesuaian wisatawan yang ingin berkunjung ke desa tersebut. Misalnya wisatawan dengan pakaian yang sedikit berbeda dengan masyarakat, maka masyarakat desa akan mengganggap hal itu sebagai suatu penyimpangan.
Namun saling mengenal dan saling menolong yang akrab sering ditemuka dalam penduduk desa, dikarenakan system komunikasi yang sederhana menyebabkan hubungan seorang dengan yang lain dapat diatur dengan seksama.
Sifat masyarakat kota :
Masyarakat kota cenderung umumnya mementingkan status sosial dan perkembangan zaman.
Misalnya dalam menghidangkan makanan, masyarakat kota cenderung menyajikan dengan unsur kemewahan dan kehormatan. Gaya pakaian juga cenderung lebih mengutamakan kebutuhan sosial. Mahalnya bahan yang dipakai merupakan perwujudan dari kedudukan sosial.
Masyarakat kota umumnya mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
Kelebihan dari masyarakat kota yaitu jalan pikiran yang rasional, pembangunan yang cepat, serta penggunaan teknologi yang sudah tinggi.
Dalam kegiatan pariwisata, masyarakat kota lebih banyak mengunjungi seperti klub, tempat karaoke, bioskop, spa, sport center.dll. bahkan ada juga anggapan yaitu tentang trend wisata, cenderung trend wisata ini digunakan oleh masyarakat kota dari pada masyarakat desa. Misalnya trend mengunjungi Trans Studio Bandung.
· Pariwisata sebagai pranata/lembaga sosial
Perkembangan pariwisata telah merubah pariwisata sebagai sebuah lembaga instuisi sosial. Begitu banyak dampak dan keuntungan yang diperoleh dari sektor pariwisata. Kajian tentang pariwisata lebih di pelajari lagi, karena menyangkut dalam pembangunan Indonesia, serta sektor- sektor yang berhubungan langsung dengan pariwisata.
Pariwisata juga merupakan lembaga kemasyarakatan, karena secara langsung maupun tidak langsung, pariwisata mampu menggerakkan ekonomi masyarakat sosial.
Ciri umum lembaga kemasyarakatan menurut Gillin dan Gillin:
1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Lembaga kemasyarakatan terdiri dari adat istiadat, tata-kelakuan, kebiasaan serta unsur-unsur kebudayaan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung tergabung dalam satu unit yang fungsional.
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri semua lembaga kemasyarakatan.biasanya berumur lama, karena pada umumnya orang menganggapnya sebagai himpunan norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokok masyarakat yang sudah sewajarnya harus dipelihara.
3. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.
4. Lembaga kemasyarakat mempunyai alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.
5. Lambing biasanya juga merupakan cirri khas lembaga kemasyarakatan.
6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu tradisi tertulis atau yang tak tertulis. (Soekanto, 209)
Tipe-tipe lembaga kemasyarakatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Dari sudut perkembangannya
Berdasarkan perkembangannya pariwisata merupakan,
Crescive institutions : yang tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat.
Karena jika di lihat dari awal mula pariwisata itu sendiri, merupakan sektor yang dengan sendirinya tumbuh karena kebutuhan dari masyarakat. pariwisata itu sendiri berawal dari adanya perjalanan manusia untuk mempertahankan hidup dengan berpindah tempat(nomaden)
2. Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat
subsidiary institutions : dianggap kurang penting. Memang jika didasarkan pada kebutuhan manusia yaitu sandang, pangan, dan papan, pariwisata tidak termasuk dalam kebutuhan dasar tersebut. Namun semakin berkembangnya zaman, kebutuhan akan pariwisata mulai disadari keberadaannya. Misalnya : menonton televisi, hiburan, waktu luang merupakan kegiatan pariwisata.
3. dari sudut penerimaan masyarakat
approved-socially sanctioned institutions : lembaga yang diterima masyarakat. karena didasarkan pada kebutuhan segala sektor, maka pariwisata perlu dibangun sebuah lembaga untuk mengatur dan mengelola sumber daya manusia dan sumber daya alam.
4. dari sudut penyebarannya
general institutions : karena dikenal oleh hampir semua masyarakat didunia.
Sudah jelas sekali bahwa semua orang didunia ini mengenal pariwisata, karena pariwisata sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. tidak hanya untuk kebutuhan, tetapi didalam pariwisata, semua sektor lain pun ikut dipengaruhi dan mempengaruhi pariwisata.pariwisata dinilai mampu untuk menggerakkan sektor ekonomi.
5. dari sudut fungsinya
operative institutions : lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang lembaga yang bersangkutan, seperti lembaga industrialisasi. ibid 211