Saturday, 31 July 2010
cerita "om...pakaikan aku baju merah"
dalam pekerjaan rangkapku sebagai penyidik dan penyedia peralatan kesehatan, aku bekerja menanganisejumlah anak yang tertular virus penyebab AIDS. pertalianku dengan anak-anak istimewa ini merupakan karunia dalam hidupku.. mereka mengajarku berbagai hal, tapi aku terutama belajar bahwa keberaian besar ditemukan dalam paket kecil.
marilah ku ceritakan tentang Tyler.
Tyler lahir dengan tertular HIV dan ibunya juga tertular. Sejak awal kehidupannya, ia tergantung pada pengobatan yang
membuatnya bertahan hidup. Waktu ia berusia 5 (lima) tahun, sebuah selang dimasukkan lewat operasi kedalam pembuluh darah
didadanya. Selang ini disambungkan pada sebuah pompa yang dibawanya dalam tas punggung kecil.
Obat-obatan dikaitkan pada pompa ini secara terus menerus dan dikirimkan melalui pipa kedalam aliran darahnya.
Sewaktu-waktu ia juga membutuhkan oksigen tambahan unutk membantu pernafasannya.
Tyler tidak mau menyerah sesaatpun masa kanak-kanaknya pada penyakit yang mematikan ini.
sudah tak aneh lagi menemukannya bermain dan berlari-lari dihalaman belakang, mengenakan tasnya yang penuh obat dan menyeret tangki oksigen dalam kereta kecilnya. Semua yang mengenal Tyler kagum pada kebahagiaan murninya untuk dapat hidup dan kekuatan yang didapatnya dari sikapnya itu.
Ibu Tyler sering menggodanya dengan mengatakan padanya bahwa ia bergerak begitu cepat sehingga dia harus memberinya pakaian merah. Dengan begitu, kalau sang ibu mengintip kluar jendela untuk memeriksanya bermain dihalaman, ia bisa menemukannya dengan cepat.
Penyakit menakutkan ini akhirnya menguras tenagadari orang yang bahkan mirip dinamo kecil seperti Tyler. Sakitnya kian parah , dan sayangnya begitu pula ibunya yang tertular HIV. Pada waktu ia kelihatan jelas bahwa ia tak akan bertahan hidup, ibu Tyler berbicara padanya tentang kematian. Ia menghiburnya dengan mengatakan pada Tyler bahwa dirinya juga akan mati dan cepat menyusulnya kesurga.
Beberapa hari sebelum kematiannya, Tyler memberiku isyarat untuk mendekat keranjang rumah sakitnya dan berbisik," Aku bakal mati sebentar lagi. Aku tidak takut!kalau aku mati, aku mau dipakaikan baju merah. mama janji akan menyusul kesurga. aku pasti sedang main waktu mama datang, dan aku ingin memastikan bahwa mama bisa menemukanku."
*sumber : perutusan murid-murid Yesus 2B
Monday, 26 July 2010
cerita "oh suamiku"
oh suamiku
Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan - alasansaya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.
Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar - benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. "Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut. "Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan" Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.
Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok." Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan coret - coretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan....
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."
Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.
"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari - jari saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya."
"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang."
"Kamu suka jalan - jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu."
"Kamu selalu pegal - pegal pada waktu 'teman baikmu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal."
"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi 'aneh'. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami."
"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu."
"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna - warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu".
"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku."
"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bias mencintaimu lebih dari saya mencintaimu."
"Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu.Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu."
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya. "Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk
tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu."
"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.".
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku. Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".
(sumber : Indoforum.org)klinik rohani blog
Sunday, 25 July 2010
cerita "tidak punya otak"
ada seorang letnan pimpinan suatu kompi tentara yang sama sekali tidak percaya
kepada Tuhan. Ia seorang atheis sejati. Ia tidak menyukai bawahannya yang beragama.
apalagi yang sungguh taat pada keyakinan agamanya.
Ia erasa sangat terganggu. Ia selalu berusaha untuk mencemoohkan dan menjatuhkan seorang sersan yang sangat taat pada ajaran imannya.
pada suatu hari, ketika di adakan inspeksi pagi, sang letnan memerintahkan bawahannya
itu berdiri dihadapan seluruh kompi.
lalu sang letnan bertanya pada sersan itu:
"dapatkah kau melihat langit biru?"
"ya pak!"
"dapatkah kau melihat matahari?"
"ya pak!"
dapatkah kau melihat kawan-kawanmu yang berbaris di depanmu?"
"ya pak!"
"dapatkah kau melihat Tuhan?"
"tidak pak!"
"bukankah itu membuktikan bahwa Allah itu tidak ada?"
lalu sersan itu bertanya apakah dia boleh mengajukan beberapa pertanyaan.
malu untuk menolak, sang letnan terpaksa mengiyakan.
sang letnan berkata, " silahkan"
kemudia sersan itu mengarahkan pandangannya kearah teman teman sekompinya
dan bertanya :
"apakah saudara-saudara melihat pak letnan?"
"ya!!!"jawab serentak teman temanna
"apakah saudara-saudara menlihat wajah beliau?"
"ya!!!"
"apakakah saudara saudara melihat otak beliau?"
"tidak!!!"
"itu membuktikan bahwa beliau tidak punya otak"
(sumber: praedicamus)
cerita "nilep 50 ribu"
nilep go.cap
ada seorang bocah berusia 6 tahun.
Ia menulis surat kepada Tuhan.
surat itu diposkannya lewat kantor pos.
seorang pegawai iseng-iseng membuka surat itu.
dan membaca surat yang bertuliskan:
*ya Allah,
nama saya udin, papah udin baru saja meninggal
udin dan emak hidup melarat dan kelaparan
emak jadi tukang cuci baju tetangga.
emak kerja dari pagi sampe malem
biar udin dan emak bisa makan
ya Allah, bisa gak, kirimin udin
uang 100 ribu?
*salam udin
pegawai kantor pos itu merasa sangat terharu.
Ia membicarakannya dengan pegawai kantor pos lainnya.
kemudian mereka beramai ramai mengumpulkan uang.
akhirnya terkumpul uang sebanyak 50 ribu.
mereka mengirimkannya kepada udin.
beberapa hari kemudian, pegawai pos tadi mendapat
surat udin yang kedua.
udin menulis :
*Buat Allah
Allah, udin udah terima uang itu.
makasi ya Allah.
tapi lain kali, kirim langsung uangnya kerumah udin aja ya Allah.
parah banget ya Allah, kalo lewat pos.
pegawai posnya nilep 50 ribu.
(sumber : praedicamus, *sedikit perubahan)
Saturday, 24 July 2010
cerpen "Melody"
Persiapan pertunjukan electone perdana untuk Melody tinggal tiga bulan lagi. Secara kemampuan Melody sudah siap, namun batinnya belum. Salah satu ketidaksiapannya adalah Leon, kekasih Melody.
“Saat pertunjukan nanti, aku akan memainkan lagu-lagu dari ost Final Fantasy.”
“Game Square Enix itu?”
“Ya...bahkan Tetsuya Nomura akan datang dari Jepang untuk melihat pertunjukanku. Jika Square Enix menyukai aransemenku, aku akan ke Jepang dan permainan organku akan dijadikan ost film Final Fantasy terbarunya.”
“Jadi, kau akan pergi ke Jepang?”
“Ya...itu mimpiku.”
“Tidak...ini perlakuanmu?setiap waktu aku selalu mengantarmu, menunggu, dan mendengar ribuan lagu yang kamu mainkan, dipikiranmu hanya tuts-tuts. Aku tidak terima kau pergi!!!”
Hal itu seperti ancaman bagi Melody. Mana yang harus ia pilih. Mimpinya atau orang yang selalu setia baginya. Aransemen yang dibuatnya pasti diterima oleh Square Enix. Setiap memainkan lagu selalu terbayang pertunjukkan. Melody sering gemetar dan melody, akord, dan bass tidak sesuai.
Square Enix telah menyeponsori pertunjukan ini. Jika Melody mengacaukan pertunjukan pertamanya, maka impiannya akan hilang dan Square Enix tidak mendapat pengiring ost Final Fantasy dari Indonesia.
Latihan kali ini Melody tidak didampingi Leon. Dia ngambek saat tahu Melody akan meninggalkannya. Saat ditempat latihan, ia melihat seorang yang asing baginya. Seorang pria putih bertubuh tinggi dan berkacamata terlihat sinis
“Melody, kenalkan ini Vincent. Dia instruktur untuk pertunjukanmu.” kata instruktur tempat Melody latihan. Namun dalam hati Melody menggerutu dalam hati, “Jutek banget, untuk apa dia mendampingiku?mengoreksi aransemenku?atau mengoreksi permainanku?aku lebih senang instruktur tua itu yang mendampingiku, dia tidak pernah berkomentar malah memberi aplause untuk permainanku. Baru kulihat saja, ia sudah terlihat angkuh. Ia malah membuatku semakin gemetar menghadapi perunjukanku.”
“Kau akan memainkan lagu 'Eyes On Me' dan 'Suteki Da Ne'?” tanya Vincent pada Melody
“I...Iya.” jawab Melody gemetaran.
“Berarti kau sudah menguasainya kan?'Eyes On Me' dikarang oleh Julia Heartily sebagai ekspesi perasaannya kepada Laguna Laire. Sebelum mereka menikah. Lagu 'Suteki Da Ne' iringan Yuna dan Tidus berada diMacalania Woods. Kedua lagu itu sangat mendalam dan romantis. Jadi kau harus menjiwai lagu itu.”
Tak disangka Vincent sangat menguasai cerita dari lagu game populer itu. Melodypun memainkan aransemen dari lagu itu. Terdengar sempurna. Semua itu terlihat seperti tarian Melody dalam permainannya. Setiap tuts melody ditangan kanannya. Akord ditangan kirinya. Bass dikaki kiri dan kontrol volume dikaki kanannya. Pikirannya terbagi dalam memainkan electone. Vincent kagum melihat permainan Melody.
“Ku akui, sangat indah. Kau pasti dikontrak dapur rekaman Jepang.” Melody hanya tersenyum.
“Bolehkah saya menyanyikan lagu ini?kau bisa mengiringnya?”
“Ya”
Vincent menyanyikan lagu ost Final Fantasy itu dan Melody mengiringnya. Melody memperhatikan suara Vincent saat bernyanyi. Suaranya seperti penyanyi wanita. Bahkan lebih bagus dari suara wanita menyanyi umumnya.
“Kau heran dengan suaraku?bukankah lagu 'Eyes On Me' dan 'Suteki Da Ne' dinyanyikan dengan suara wanita?”
Sejak latihan bersama Vincent, Melody menjadi siap untuk pertunjukannya baik kemampuan dan mentalnya. Baginya Vincent secara tidak langsung memberinya semangat. Kepuasaan bisa mengiring aransemen indah dengan penyanyi merdu.
Latihan kali ini Melody diantar dan ditunggu Leon. Ngambeknya sudah selesai setelah Melody mengajaknya jalan-jalan. Di mobil, dalam perjalanan menuju tempat latihan, suasana canda dan mesra terjadi diantara mereka. Sampailah mereka ketempat tujuan.
“Sayang, selama latihan ini aku didampingi instruktur lain. Aku senang latihan bersamanya. Suaranya merdu saat bernyanyi. Aku akan kenalkan dia padamu.”
“Aku jadi penasaran. Oke gadis cantik berambut panjang, ayo kita turun. Kita ke ruang latihan.” mereka turun dari mobil dan menuju keruang latihan yang berada dilantai tiga gedung itu. Namun setelah mereka bertemu Vincent terjadilah tragedi ini.
“Melody, ada berita bagus untuk kita. Aku akan ikut ke Jepang mendampingimu.” kata Vincent yang langsung berbicara tanpa melihat mereka berdua. Namun Vincent dan Leon kaget dengan pertemuan mereka. Mereka saling terdiam dan menatap sinis.
“Vincent, kenalkan ini Leon pacarku. Emm... ooh ya sayang, kenalkan ini Vincent yang kuceritakan di mobil tadi.”
“Mel, kita perlu bicara!” kata Leon dengan langsung menarik tangan Melody dengan kasar menjauh dari ruang latihan.
“Sayang, kamu tau itu siapa?Vincent itu musuhku aku tidak sudi kau berteman dengannya, apalagi pergi bersamanya ke Jepang. Dia telah membunuh adikku. Rinoa bunuh diri karena pria jahat itu.”
“Mana aku tahu, kau tidak pernah cerita.”
“Yang aku tahu, dia kabur ke Canberra dan menurutku aku tidak perlu menceritakan sakit hatiku padamu. Cukup Melody. Kau harus tinggalkan mimpimu. Tinggalkan demi aku, sayang?”
“Tidak...tidak...aku tidak bisa. Aku butuh Vincent untuk mimpiku. Aku akan memilih mimpi dan cintaku.”
“Baik...mimpimu tidak ada di Vincent. Aku akan memberi pertimbangan pada instruktur lama untuk mengganti Vincent.” Leon Langsung pergi ke ruang instruktur lama. Melody yang sambil menangis mengejarnya. Ketika menuruni tangga, Melody tergelincir. Leon yang sudah berada dibawah, tidak sempat mencegahnya. Melody terluka dan pingsan. Leon langsung membawanya kerumah sakit.
“Sayang...maafin aku...maafin aku.”
Setelah beberapa hari, Melody tersadar. Ia terbaring dirumah sakit. Tangannya diinfus dan kepalanya diperban. Disampinya ada Leon yang setia menjaganya.
“Sayang, are you okey?” Leonpun memeluk Melody. Melody tersenyum karena dia bersyukur dapat selamat dari kecelakaan itu namun ia sadar ada sesuatu yang salah.
“Kenapa?kenapa?kenapa?” panik disertai teriakan keras Melody, “Kakiku. kaki kiri. Mati rasa. Gak bisa digerakkin.” Melody menangis histeris.
“Maafin aku sayang, kata dokter...kata dokter syaraf syaraf yang terjepit.” kata Leon yang ketakutan untuk menjelaskannya. Leon berusaha menenangkan Melody namun malah didorong Melody secara kasar. Sepertinya tidak ingin didekati oleh seorang pun.
Tiga hari kemudian, Melody diizinkan pulang besama kursi rodanya. Wajahnya murung seperti depresi berat. Beberapa terapi pengobatan untuk kakinya ditolak semua. Baginya hidupnya sudah mati. Walaupun dokter mengatakan kakinya bisa sembuh.
Hari berikutnya, Vincent menjenguk Melody dirumahnya, untung saja tidak ada Leon.
"Yang sabar ya"
"Aku sudah mati, aku tidak bisa berjalan, mimpiku hilang, bahkan kegemaranku lenyap. bagaimana aku bisa bermain electone tanpa kaki kiriku? Electone butuh kaki kiri untuk memainkan bass."
Setelah dibujuk, Melody pergi bersama Vincent ke pantai yang sepitanpa sepengetahuan Leon.
Dipantai, Melody duduk dipsir pantai dan gelombang ombak kecil mengenai tubuhnya sehingga badannya menjadi basah.
"Vincent, apa maksud semua ini?"
"Cuma menghiburmu saja. Oiaberteriaklah sekencang kau bisa. Tuangkan emosimupada teriakanmu dilaut sepi ini." Melody berteriak berulang kali. Hal itu membuatnyalebih baik, seperti gumpalan dihati yang telah mencair.
"Dulu Rinoa membuat hidupku sangat kacau. dia lebih menyakitkan daripada aku, lebih baik aku putus hubungan dan meninggalkannya. Namun aku tidak menyangka kalau dia akan berbuat senekat itu. Bunuh diri. Leon sangat membenciku dan aku juga membencinya. lalu aku kepantai ini berulang kali. Aku sadar, sepertinya pantai dan lautan ini yang menyadarkan dan menasehatiku. Cintailah musuhmu. Suatu hal yang paling sulit adalah mencintai musuh, dan sekarang aku tidak membencinya dan tidak lagi menganggap Leon sebagai musuh." Melody sepertinya mengerti tentang cerita-cerita Vincent. Keesokan harinya Vincent mengajak Melody ke pantai yang sepi itu lagi dan Melody kembali dudul dan sengaja ombak kecil mengenai tubuhnya lagi.
"Aku tidak akan menyuruhmu berteriak lagi. Tetapi coba merasakan setiap air dan pasir yang yang mengenai kulit tubuhmu, rasakan angin yang bersemilir disekitarmu, ciumlah bau lautan yang terasa dihidungmu, dengarlah suara ombak dan gemericik airserta lambaian pohon kelapa dan kicauan burung." Melody menutup mata dan melaksanakan perintah Vincent. Melody melalukan hal itu bersama Vincent dan selalu mendengarkan cerita bijaknya setiap hari selama seminggu.
Kini jiwa dan perasaannyasudah tenang. Melody mau diperiksa oleh dokter yang menanganinya. Leon mengantarnya kerumah sakit. Saat sedang menunggu dokter, telepon genggamnya berbunyi. Telepon dari Vincent. Karena tidak ingin berurusan lagi dengan permusuhan Vincent dan Leon,Melody menjauhi Leon untuk mengangkat telepon dari Vincent.
"Ya, Vincent?"
"Melody, aku sudah bilang pada tim pelaksana pertunjukanmu. Kau bisa tampil nanti. Mereka percaya, setuju, dan tidak jadi membatalkan pertunjukanmu. karena aku bilang kakimu sudah sembuh dan dapat digerakkan kembali dan kau bisa memainkan electon lagi.
"Buat apa?percuma."
"Kau itu sudah sembuh. Tanpa kau sadari, saat dipantai, kakimu bisa bergerak. Aku memperhatikannya.
Coba gerakkan jempol kaki kirimu!"
"Tidak bisa"
"Pasti bisa, kau bisa. Kau harus yakin. Kakimu itu sudah sembuh. Ayo gerakkan jempol kakimu." menuruti perintah Vincent, Melody berusaha menggerakkan jempol kakinya. Ternyata bisa bergerak. Melody terkejut dengan perubahan dalam dirinya. Lalu tiba-tiba, Leon datang menghampirinya, "Sayang, giliran kamu." Melody menutup teleponnya dan menuju ruang dokter, setelah itu Melody diperiksa dan menerima hasil rontgen.
"Anda mengalami perkembangan pesat, syaraf-syaraf kaki kiri anda sudah berfungsi dengan baik.Kaki anda dapat digerakkan dan anda dapat berlatih berjalan." dengan terharu Melody dan Leon berpelukan.
" Sayang, selamat ya, aku akan bantu kamu belajar berjalan, kamu bisa main electon lagi." Ada hal yang lebih menyenangkan lagi baginya. Mimpinya akan terwujud kembali. Dalam dua bulan ia yakin dapat kembali ke kondisi semula bahkan kemampuan dan mentalnya lebih siap dari sebelumnya. Setiap hari ia belajar berjalan dengan Leon dan berlatih electone dengan Vincent.. Leon dan Vincent adalah orang terpenting baginya. Walaupun dengan rasa terpaksa Leon mengizinkan Melody berlatih bersama Vincent.
Hari yang telah dinanti Melody dalam hidupnya tiba. Rasa Grogi dan gemetar muncul pada dirinya. Mual, kebelet buang air dan semacamnya merasuk ketubuhnya. Akhirnya Melody memainkan aransemen instrument 'Suteki Da Ne' dan 'Eyes On Me'. Gerakan tangannya dan kakinya lebih lincah. Musik yang dimainkan terdengar indah. Penonton terlebih Square Enix terpukau melihat pertunjukan Melody. Setelah itu, Melody mendapat surat resmibahwa ia bersama insrukturnya pergi ke Jepang tiga hari lagi. Pesta perayaan keberhasilan dan kesembuhan dirayakan dirumahnya. Malam sebelum kepergian Melody, Leon mengajaknya candle light dinner.
"Congrat ya say, aku senang mimpi kamu terwujud, aku harap kita masih bisa pacaran walaupun longdistance, aku percaya sama kamu." kata Leon sambil menggenggam tangan Melody.
"Kita saling setia ya. aku tahu, kamu tidak perlu khawatir dengan Vincent. Dia baik. Dia bilang sesuatu padaku. Cintailah musuhmu. Aku sembuh karena dia, dia bisa saja pergi dan mimpiku hilang. Namun dia wujudkan mimpiku dan sembuh dari sakit. Dia bantu pacar musuhnya. Dia mencintai musuhnya lewat pertolongan yang dia berikan kepada orang yang berarti bagi musuhnya. Tiada lagi kebencian. Kita harus berterima kasih padanya."
Esoknya Melody bersiap untuk berangkat ke Jepang bersama Vincent.
"Melody....... tunggu!!!!" teriak Leon dari jauh. Melody dan Vincent terhenti dan menoleh kebelakang, :sayang....lihat!!!" kata Leon yang menunjukkan tiket keberangkatan ke Jepang.
"Kamu ikut?" MElody dan Leon berpelukan setelah itu Vincent dan Leon berjabat tangan tangan damai.
"Musuh?Jepang menunggu kita!"
resensi maharani
Resensi Novel : SANG MAHARANI – Agnes Jessica
Judul resensi : Penderitaan
Oleh : Imakulata
MAHARANI. Judul sebuah novel setebal 273 halaman karangan Agnes Jessica. Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Grasindo Anggota Ikapi, Jakarta September 2004 dan cetakan kedua Januari 2005.
Novel Maharani ini mengisahkan perjalanan hidup yang tragis seorang gadis keturunan pribumi dan Belanda yang hidup di era zaman penjajahan Belanda dan kedudukan Jepang di Indonesia. Novel ini cukup menarik karena pembaca dapat merasakan situasi pada zaman penjajahan Belanda dan pada masa kedudukan Jepang di Indonesia saat itu. Kisah hidup Maharani sungguh tragis sehingga pembaca menjadi tesentuh bahkan menangis. Namun pembaca dibuat penasaran dengan cerita yang satu dengan cerita yang lain saling berhubungan ( addicted ) sehingga pembaca harus membaca sampai tuntas, dengan bahasa yang mudah dipahami dan komunitatif, pembaca dapat mengerti alur ceritanya. Novel ini dibuat Happy ending, dengan penulis sebagai pencerita dan diceritakan secara tuntas (tidak menggantung) sehingga pembaca merasa puas dan segar. Karena penderitaan yang tiada habisnya ahkirnya dapat juga memperoleh kebahagiaan.
Maharani, satu sosok perempuan yang tidak kuasa mengelak dari sebuah keadaan. Satu sosok yang di paksa untuk selalu membawa bagian yang paling pahit dari hidupnya. Bahkan kepahitan itu sudah lama berlalu.
Maharani, satu lagi saksi kekejaman manusia terhadap manusia lain. Satu sosok manusia yang menjadi bagian dari sejarah kelam peradaban manusia, menjadi seorang Jughun ianfu. Satu sosok yang ada, tak bisa terhapus, dan bukan satu-satunya.
Awal kehidupan Maharani bahagia sebagai putri dari seorang jendral Belanda, namun kehidupan mulai menyedihKan saat ibunya meninggal dan memiliki ibu tiri yang kejam. Semua orang yang di cintainya perlahan pergi, ia diserahkan menjadi tahanan Jepang, kelaparan, diperkosa, menjadi pelacur, dihina, difitnah, di sakiti. Keadaan paling buruk dalam hidup manusia. Banyak hal – hal yang tidak terduga dikisahkan dalam novel dan masih bernalar logika. Tokoh – tokohnya antara lain Maharani (tokoh utama), Jendral Van Houten, Arik, Ratna Sari, Moetiara, Yanoear, Lastri, Hartono, dan Nancy.
Kelemahan buku hampir tidak ada. Penggunaan bahasa Belanda yang memiliki catatan kaki (artinya). Sehingga pembaca mengerti maksudnya. Memiliki nilai pengetahuan sejarah Indonesia, variasi cerita, memiliki logika yang masuk akal dan penggunaan bahasa saat menceritakan pelacuran juga tidak dibuat vulgar. Namun masalah SARA sedikit ditonjolkan dalam agama Katholik, adat Tionghoa, ras pribumi, Cina, dan Belanda. Novel bacaan untuk orang dewasa.
Nilai yang bisa diambil dari novel ini adalah tetap tegar dan sabar dalam menghadapi penderitaan. Novel ini layak dinikmati pembaca karena berkesan bagus dan menarik. Happy nice reading!
cerita dialog " Rendah Hati itu Indah"
Rendah Hati itu Indah
Suatu pagi disekolah
Kiki : (sedang menyapu halaman sekolah…)
Afrizal : “Ibu… izal minta izin….pulang sekolah nanti agak telat soalnya izal mau nyari bahan buat tugas?”
Kiki : “Ya udah…tapi terus langsung pulang! Jangan kelayapan!”
Afrizal : “Bu…Izal minta duit bu..buat beli bahan tugas?”
Kiki : “Ibu lagi gak punya, nak…pinjam dulu sama temanmu dulu…”
Afrizal: (berjalan menuju kelas)
Dewi : (menyapa)
“Eh, Zal…nanti jadi kan nyari bahan buat tugas besok?”
Afrizal : “Jadi sih…tapi aku lagi gak ada uang…nanti aku pinjem uang mu dulu ya??!”
Dewi : “Udaah…santai aja…gampanglah…”
Novia : (datang menghampiri mereka)
“Hai Dewi! Hai Zal (lesu)… eh…Zal, tadi aku ngeliat kamu lagi ngobrol lalu salim gitu sama tukang sapu sekolah…ngapain?”
Dewi : “Ya.elah Ren…sama orang yang lebih tua emang mesti salim kalee!!!”
Afrizal : “Gak koq…dia ibuku…”
Novia : “Hah??? (kaget) kamu anak tukang sapu sekolah?....iih pantesan Baju kamu ikutan dekil!!! n’ kummel geto!!!”
Dewi : “Ya.elah Ren…biasa aja kale!!!
Afrizal : Iya nih…emang udah setaun aku pake, malah ga pernah dicuci…!hehehehe”
Dewi : “Hahahaha….bisa aja kamu Zal…!”
Novia : (bertampang jutek)
Saat pulang sekolah mereka melewati seorang nenek yang sedang duduk dipinggir jalan.
Afrizal : “Permisi nek…”
Ima : “Mari nak…”
Novia : (ketika Novia melewati sang nenek)
“Aduh…dasar nenek-nenek…ngalangin jalan aja sih???”
Ima : “Kamu ini!!!(marah) anak muda tidak tau sopan santun!!!”
Novia : “Yee…udah salah nyolot lagi!!!”
Dewi : “Uda…minta maaf aja, kasian orang tua…”
Novia : “OGAAHH!!!” (Novia pergi meninggalkan Dewi)
Dewi : “Nek…maafin teman saya ya nek…dia memang sombong,…”
Ima : “Suatu saaat nanti, dia pasti kena batunya!”
Dewi : (mengejar Novia)
“Eh Ren…kamu parah banget sih sama nenek-nenek! Songong! Kualat baru tau rasa kamu!”
Novia : “Bodo amat!!!”
Novia : (tersandung batu)
Dewi : “Tuh kan bener…baru aja aku bilang!!!”
Novia : “Kamu nih…temen susah bukannya dibantuin malah nyukurin!!!!”
Dewi : “Bodoo amat deh…”(meninggalkan Novia)
Keesokan harinya Novia dan Dewi sedang ke toilet. Tiba-tiba ada kecoa. Novia teriak karena dia sangat takut pada kecoa. Lalu mencari Ibu Afrizal untuk memarahinya.
Kiki : (sedang mengepel)
Novia : “Aduhh…kamu gimana sih???bersihin kamar mandi aja gak becus!!! masa kecoa dimana-mana???”
Kiki : “Maaf nak…tadi sudah bersihkan…”
Novia :”Yyee…jelas-jelas aku jantungan gara-gara kecoa!!!”
Afrizal : (datang mendengar keributan)
“Ehheheheh……. Kamu apain ibu ku??”
Novia : “Ibu mu tuh bego bange, udah miskin bego lagi! Emang ya, dimana-mana orang miskin itu bego!”
Afrizal : Jaga tuh mulut! Kamu boleh menghina ku, tapi kamu jangan menghina ibuku!
Novia : “Halah… ibu tukang sapu aja dibelain!!!”
Afrizal : (hendak menampar Novia, Dewi menghalanginya)
Dewi : “Udah sabar Zal…percuma kamu ngeladenin dia…”
Novia : “Kamu koq malah belain Izal sih? Kamu suka ya sama Izal???”
Dewi : “Ga…kamu tuh yang keterlaluan!!!”
Novia : “Ahhhhrgh… bullsyit kalian semua!!!!”
Saat siang Novia sampai dirumanya, rumahnya kosong
Novia : (kaget) “Mang……koq barang-barang kita ga ada??? Trus papa mama kemana???”
Adrian : “Bapak dibawa polisi, rumah kita nanti akan disita”
Novia : “Loh…kenapa???”
Adrian : “Bapak dituduh korupsi non…!”
Novia : “Ga mungkin…ga mungkin…ga mungkin”
Keesokan harinya disekolah
Novia : (lesu)
Afrizal : “Kenapa kamu ?lemes banget? Ada masalah?”
Novia : “Zal… aku laper”
Afrizal : “Nih…aku bawa bekal dari ibuku…makan aja!”
Novia : “Terus kamu gimana?”
Afrizal : “Aku mah udah biasa, kan aku orang miskin…udah biasa lapar…”
Novia : “Kamu masih marah ya???maafin aku ya?aku sadar semua yang aku punya kekayaan itu cuma…”
Afrizal : “Tapi kan papa kamu anggota DPR…beda dengan ibuku yang cuma tukang sapu sekolah…”
Novia : “Kekayaan papa semuanya hasil korupsi, sekarang rumah disita, papa dipenjara aku tinggal dirumah pembantu…malu banget…”
Afrizal : “Ren…sabar ya!”
Dewi : “Wah uadah akur nih???!”
Novia : “Dew…maafin aku ya, ga pernah dengerin kata-kata kamu” (meninggalkan Afrizal dan Dewi)
Dewi : “Kenapa Novia?”
Afrizal : “Papanya dipenjara dituduh korupsi, kita Bantu dia yuk?! Kayaknya dia bingung mau tinggal dimana?!”
Afrizal, Dewi, dan Ibunya Afrizal menghampiri Novia
Kiki : “Nak Ren…ada yang bisa kami Bantu?Izal sudah cerita semua ke ibu”
Novia : “Ibu…maafin Reni ya…udah kasar ke ibu?!”
Kiki : “Tak apa nak, ibu berpesan kamu jangan sombong lagi ya????!kamu kan tidak punya tempat tinggal, bagaimana kalau kamu tinggal dirumah kami?”
Novia : “Makasi bu… tapi ga usah aku udah tinggal sama tante ku…”
Kiki : “Yaudah kalau gitu, Ibu tinggal dulu ya…”
Afrizal : “Nanti kita pulang bareng yuk, sekalian cari tau rumah tante kamu dimana?!!”
Dewi : “Iya bener,biar aku n’izal gampang kerumah kamu!”
Novia : “Makasih ya, kalian udah mau jadi temanku….”
Happy ending!!!
Subscribe to:
Posts (Atom)